Oleh: padangkomunikasi | April 28, 2010

TELEVISI DALAM BUDAYA MASYARAKAT: (Citraan Dewasa Ini Perkembangan dan Pengaruhnya)

  1. A. Pendahuluan

Sejak tahun 1976, televisi telah dinikmati oleh sebahagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagai tonggak dari penyebaran siaran televisi secara nasional ialah diluncurkannya satelit Palapa pada tahun itu, yang peresmiannya dilakukan oleh Kepala Negara tanggal 17 Agustus 1976. Tujuan utama penggunaan satelit Palapa itu ialah untuk mengatasi masalah komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah dan penduduk di seluruh Indonesia yang terpisah satu sama lain. Kemudian, salah satu fungsi satelit itu ialah untuk memperluas jangkauan siaran televisi ke seluruh pelosok tanah air. Melalui jaringan siaran televisi diharapkan berbagai pesan dan informasi tentang pembangunan dapat diteruskan serentak ke seluruh tanah air.(Kuswandi, 1996: vi)

Jumlah pesawat penerima televisi yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup tajam semenjak diluncurkannya satelit Palapa. Adanya usaha pembangunan yang meningkatkan pendapatan masyarakat, membuat jumlah pesawat penerima televisi yang dimiliki masyarakat semakin banyak. Sebagai contoh pada tahun 1976, jumlah pesawat yang ada di Indonesia, baru 632.949 buah (Alfian dan Chu, 1981). Empat tahun kemudian, yaitu tahun 1980, jumlahnya menjadi dua juta pesawat. Suatu kenaikan yang mencolok ialah antara tahun 1980 dan 1984, menjadi lebih dari tujuh juta buah pesawat. (Dikutip dari Kompas, 19 Desember 1984), (Kuswandi, 1996) Suatu perkembangan yang sangat berarti bagi dunia televisi di Indonesia ialah dengan diizinkanya pemancar televisi swasta untuk mengudara. Dengan demikian, pada tahun 1989 mulailah siaran RCTI sebagai televisi swasta pertama mengudara, dan diikuti TPI dua tahun kemudian, dewasa ini ada beberapa televisi swasta yang mengudara di Indonesia di samping televisi publik (TVRI).

Akses Nasional Stasiun TV 2003 – 2004
Jenis Televisi RCTI SCTV MTV TPI ANTV Metro TV Trans TV Lativi Global TV TV 7
Jumlah Transmiter 47 32 23 15 11 51 10 8 6 10
Penonton 46% 43% 42% 35% 30% 16% 20% 21% 15% 21%
Dari Total Populasi Indonesia

Kenyataan ini menyebabkan pertelevisian di Indonesia tidak lagi bersifat menonton seperti yang dialami TVRI selama kurang lebih 27 tahun (1962 – 1989). Televisi sekarang ini harus dilihat dari berbagai aspek. Media layar gelas ini boleh dikatakan sudah exist. Selain merupakan suatu kenyataan sosial, televisi juga menjadi bagian dari irama kehidupan masyarakat. Tanpa siaran televisi di rumah, akan terasa ‘sepi’. Masyarakat kita terdiri dari aneka warna. Karena itu, realitas budaya dari televisi harus diperhatikan. Dewasa ini, media massa Barat – cetak dan elektronik – dengan program-programnya yang memperlihatkan kerusakan moral dan kekerasannya, sedang merobohkan dinding yang menjadi tembok pemisah antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Barat, namun juga di negara-negara lain karena besarnya infiltrasi media Barat di berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, anak-anak zaman kini dibebaskan untuk melihat apa yang seharusnya hanya ditonton oleh orang dewasa dan hal ini dapat berdampak buruk bagi anak-anak tersebut.

Dalam banyak hal, televisi memang memiliki beberapa cirri khusus yang berbeda dari jenis dan bentuk media lainya. Sajian gandanya, gambar dan suara, telah mengantarkan media ini pada posisinya yang khas dan menarik. George Girbner dan Larry Gross dalam tulisanya “The Scary World of Television’s Heavy Viewer”, menyebutkan bahwa:

“Television is different from all other media. From cradle to grave it penetrates nearly every home in the land. Unlike newspaper and magazines, television does not requireliteracy. Unlike the movies, it runs continuously, and once purchased, cost almost nothing. Unlike radio, it can show as well as tell. Unlike the theater or movies, it does not require leaving your home”

Perkembangan dan perubahan media televisi, baik dalam programnya maupun dalam peningkatan teknologinya, akan menawarkan cara-cara baru bagi masyarakat. Pada gilirannya, sangat mungkin apabila pola konsumsi informasi yang baru ini juga akan berakibat pada pembentukan gaya hidup bahkan budaya masyarakat.(Saeful, 1999: 99)

  1. B. Pembahasan
  2. 1. Masyarakat dan Informasi

Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat. Saat ini perkembangan era informasi dinilai sebagai kekuatan keempat di dunia. Bergesernya tata nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri akibat dari perkembangan era informasi. Dengan hadirnya media massa, baik cetak (suratkabar, majalah, tabloid) maupun elektronik (radio, televisi, dan film) dalam berbagai sajian isi atau pola acaranya, otomatis menghembuskan era baru yang secara perlahan memasuki dan merambah tata nilai dan norma masyarakat perkotaan sekaligus pedesaan yang terpencil sekalipun. Berdasarkan hal itu, maka kita perlu memikirkan kembali intensitas pengaruh media massa sebagai konsekuensi logis dari wujud pembangunan masyarakat seutuhnya.

Menjelang abad informasi dan industri teknologi komunikasi yang semakin melebar ke seluruh penjuru, kita harus segera mempersiapkan diri membina dan mengarahkan manusianya dengan seperangkat pengetahuan yang benar-benar matang. Ini dapat ditempuh dengan cara penyebaran informasi yang merata ke seluruh kepulauan di Nusantara, mendirikan sarana komunikasi dan informasi sekaligus menempatkan penyuluh pembangunan di desa-desa, menyesuaikan system pendidikan dengan perkembangan zaman, mempersiapkan “katup pengaman” untuk mencegah terjadinya “kejutan” dan konflik budaya. Apabila hal tersebut dilakukan, kualitas budaya dan manusia untuk menuju masyarakat informasi akan tercapai sesuai dengan dengan cita-cita pembangunan nasional.(Kuswandi, 1996:73)

Suatu revolusi baru dalam siaran televisi yang diarahkan kepada transformasi budaya yang berperikemanusiaan harus didorong penumbuh kembangannya melalui program-program siaran yang bermutu, mencerdaskan, dan mencerahkan.(Suwardi, 2006:5)

Daftar Pustaka

Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Suwardi, Purnama, Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi,Padang: TVRI Sumbar, 2006

by. Usman

Dosen Fakultas Dakwah IAIN IB Padang


Tanggapan

  1. Televisi memang sangat menghantui masyarakat


Tinggalkan komentar

Kategori